Minggu, 27 Februari 2011

PENGERTIAN ASPEK VARIABEL

Beberapa hari yang lalu, ada seorang teman bertanya apa perbedaannya aspek, faktor, dan ciri-ciri/gejala.
sebelum mengulas lebih jauh, kita perlu mengetahui pengertian sederhana dari aspek, faktor, dan ciri-ciri/gejala.

Aspek = sesuatu yang membangun variabel, dapat dikatakan sebagai unsur pembentuk dari variabel
Faktor = sesuatu yang dapat mempercepat atau menghambat pertumbuhan variabel
Ciri-ciri/gejala = sesuatu yang dapat mempermudah peneliti mengidentifikasi variabel 

Masih bingung? akan saya jelaskan lewat contoh
misal variabel marah. 
 aspek marah adalah kognitif, afektif, dan konasi. Orang akan atau dapat marah setelah memperoleh stimulus dan mengolahnya, kemudian menyimpulkan stimulus (kognitif). setelah menyimpulkan orang akan menginterpretasikan (kognitif dan afektif). interpretasi tersebut dapat membuat orang marah jika muncul rasa tidak aman/nyaman/tidak sesuai dengan harapan (afektif). Kemudian orang mewujudkan perasaannya tersebut lewat perilaku verbal (memukul) ataupun nonverbal (mendelik) (konasi)

 Faktor yang mempengaruhi adalah kondisi mood, tempramen, usia, jenis kelamin, pola asuh. orang yang mudah tersinggung, tempramental, berusia dibawah 15 tahu, dan dengan pola asuh otoriter menjadi orang yang sangat mudah marah bahkan untuk sesuatu yang sepele sekalipun seperti buku jatuh ditengah jalan dan beberapa orang melihat.

ciri-ciri orang marah adalah mata mendelik, memukul sesuatu, intonasi suara tinggi.

SEMANGAT SELALU!

Senin, 21 Februari 2011

METODOLOGI KUALITATIF

Metodologi kualitatif pada dasarnya memahami pengalaman subjek secara psikologis dengan cara wawancara dan observasi. Terdapat lima jenis penelitian di metodologi ini:
  1. biografis yaitu meneliti satu individu dan pengalaman-pengalaman hidupnya secara mendalam
  2. fenomenologi yaitu meneliti makna pengalaman hidup beberapa orang tentag fenomena/konsep tertentu
  3. studi kasus yaitu meneliti satu atau beberapa kasus dengan menggali informasi dari beberapa sumber
  4. etnografis yaitu mendeskripsikan dan menginterpretasikan kelompok sosial atau budaya tertentu
  5. grounded teori yaitu meneliti fenomena pada beberapa subjek dengan tujuan memunculkan teori
di Fakultas Psikologi Undip jenis penelitian yang umum digunakan adalah fenomenologis, meskipun begitu tetap ada beberapa mahasiswa menggunakan jenis penelitian yang lain. Pemilihan jenis penelitian tergantung pada kebutuhan penelitian. Jenis yang mana yang paling dapat dan efektif mengungkap permasalahan penelitian.

Nyawa dari penelitian kualitatif ada pada interview dan observasi guide. Oleh karena itu, kedua guide ini HARUS benar dan dapat mengungkap pengalaman subjek. Membuat interview guide pada dasarnya menggunakan prinsip 5w1h. Masih ingat??

Pola yang umum digunakan dalam penelitian fenomenologis persis seperti yang di tulis pak Hans dalam "Pengenalan dan Penyusunan Proposal/Skripsi Penelitian Fenomenologis":
  1. perspektif fenomenologis
  2. fokus penelitian
  3. subjek penelitian. Dalam fenomenologis, tidak ada batas maksimal ataupun minimal jumlah subjek penelitian, yang menjadi patokan jumlah subjek adalah ketersediaan subjek di lapangan. Misal populasi penelitian adalah remaja yang diasuh oleh orangtua tunggal. Subjek dengan karateristik tersebut pastilah banyak karena itu jumlah subjek penelitian pun harus lebih dari dua. Berbeda dengan populasi subjek seperti penderita penyakit langka atau kelainan gen. Selain jumlah subjeknya sedikit, menemukan subjek yang bersedia juga sulit. Oleh karena itu, dua subjek sudah cukup. Kalau benar-benar kasus langka, satu subjek sudah cukup. 
  4. metode pengumpulan data seperti wawancara dan observasi. Penting: selalu rekam baik secara audio atau visual kegiatan kita bersama subjek, dengan catatan atas persetujuan subjek. 
  5.  analisis data
  6. verifikasi
Membuat BAB III kualitatif sangat mudah, karena sebagian besar isinya pada semua penelitian sehingga dapat dicopy paste.

INGAT: Building raport atau pembangunan kepercayaan antara peneliti dengan subjek sangat PENTING! Apabila kepercayaan terjalin baik, subjek dengan sukarela menceritakan semua pengalamannya dan peneliti medapatkan data yang kaya. HINDARI pemaksaan kehendak dan kata-kata yang menilai subjek dengan alasan apapun. Pada saat perkenalan dengan subjek, HINDARI mengutarakan maksuk kita untuk meneliti. Sebagian besar orang tidak suka menjadi subjek penelitian terutama pada kasus yang menjadi aib bagi diri subjek dan keluarga. Lakukan pendekatan sebagai teman, setelah akrab dan subjek percaya pada kita, ungkapkan maksud penelitian secara perlahan dan hati-hati sehingga subjek tidak kaget dan memilih mengundurkan diri.

SELAMAT MENCOBA!!!

Minggu, 20 Februari 2011

METODOLOGI KUANTITATIF

Bagi teman-teman yang ingin meneliti dengan metode ini perlu mengetahui seluk beluknya agar tidak salah langkah. Kita pernah bahas sebelumnya bahwa tujuan dari metode ini adalah mencari hubungan antara dua variabel atau lebih, atau bahasa mudahya membuktikan teori di tempat penelitian. Misal, seorang tokoh meneliti di negara Afrika mengenai kemiskinan dan kriminalitas. Kemudian tokoh ini mendapatkan bahwa semakin rendah pendapatan semakin tinggi tingkat kriminalitas. Itu baru di negara Afrika.
Kita bisa meneliti kembali variabel tersebut di suatu perkampungan kumuh di indonesia. Tujuannya membuktikan apakah teori yang dihasilkan tokoh disuatu tempat juga dapat diterapkan di tempat yang lain.

Cara yang digunakan untuk mengungkap variabel digunakan skala. Nyawa metodologi ini adalah skala. Oleh karena itu, skala harus dibuat sebaik mungkin.

Langkah-langkah membuat BAB III metodologi kuantitatif:
1. Identifikasi Variabel penelitian. Variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi, sedangkan variabel  bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Terkadang ada yang menyamakan dengan variabel Kriterium dan prediktor. Yakinlah itu BEDA. Variabel tergantung dan bebas lebih lazim digunakan dalam penelitian psikologi.

2. Definsi Operasional. Definisi ini sangat penting sebagai tonggak dari pembuatan skala. Polanya adalah kata pertama harus dapat diukur (kemampuan: sangat mampu, tidak mampu, kekhawatiran: sangat khawatir, tidak khawatir), kata selanjutnya berisi aspek dari variabel.
   
  Definisi operasional BERBEDA dengan kesimpulan pengertian di BAB II. Definisi operasional adalah kesimpulan dari pengertian teoritis ditambah dengan peristiwa di lapangan.
Contohnya. kesimpulan definisi teoritis dari kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.

Subjek: remaja awal yang pernah mendapat skor lebih dari dua hari dan tinggal bersama orangtua tunggal.

Aspek: perilaku yang melanggar aturan dan status, perilaku yang membahayakan diri, sendiri dan orang lain, perilaku yang mengakibatkan korban materi, dan perilaku yang mengakibatkan korban fisik.

Definisi operasional yang dapat dibuat: kecenderungan kenakalan adalah keinginan remaja dibawah usia 17 tahun untuk melanggar peraturan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain serta mengakibatkan korban materi dan fisik yang dilatar belakangi oleh kondisi di rumah. 

3. Populasi dan sampel
Populasi adalah subjek secara umum seperti semua remaja awal. Sampel adalah subjek secara khusus sehingga dibutuhkan kriteria subjek untuk mengkhususkan subjek penelitian. Misal: remaja awal usia 12-15 tahun yang bersekolah di STM di Semarang, pernah diskors minimal tiga hari, dan tingggal bersama orangtua tunggal.
4. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala. Sebanarnya mahasiswa memiliki dua pilihan, membuat skala sendiri atau adaptasi skala yang sudah valid. Khusus untuk skala yang adaptasi ada dua syarat yang wajib dipenuhi yaitu pembuat skala HARUS ahli di bidang psikologi (minimal menyandang gelar S2) dan apabila skala asli berbahasa inggris, HARUS sudah divalidasi dalam bahasa indonesia oleh peneliti yang sudah ahli juga (mininal menyandang gelar S2) dan sudah diuji coba di beberapa suku bangsa di indonesia untuk memastikan bahasa sudah dapat diterima oleh semua kalangan.

Untuk skala yang membuat sendiri, pastikan definisi yang digunakan sudah operasional dan mengandung aspek-aspek yang digunakan. Definisikan aspek yang digunakan untuk menegaskan ruang lingkup variabel dalam penelitian ini. Misal: aspek kognitif, definisi operasionalnya kemampuan individu untuk menginterpretasikan perilaku nonverbal seperti ekspresi wajah, gerak tubuh, dan kontak mata orang lain. Sama seperti definisi operasional variabel, definisi aspek pun juga harus menggambarkan indikator yang akan digunakan. Indikatornya: mampu menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain, gerak tubuh , dan kontak mata. Setelah menetapkan indikator dilanjutkan dengan membuat aitem. Pembuatan aitem akan lebih mudah karena ruang lingkup sudah pasti sehingga kemungkinan keluar jaur minim.

Penetapan format respon dan pemberian skor perlu dipikirkan baik-baik karena format yang digunakan dapat menggambarkan bentuk data yang digunakan dalam penelitian (nominal/interval/ordinal).

5. Validitas dan Reliabilitas. Untuk ini, kita sudah tidak perlu menggunakan cara manual hanya tinggal mengoperasikan SPSS hasil sudah ditangan.

6. Analisis data. Dalam analisis data peneliti juga perlu berhati-hati. Pemilihan analisis data dipengaruhi oleh:
  • Jumlah subjek penelitian: apabila jumlah subjek 30 atau lebih orang maka menggunakan analisis data untuk parametis seperti analisis regresi. Apabila subjek kurang dari 30 orang maka menggunakan analisis data untuk nonparametris seperti kendall tau. 
  • Jenis data: nominal atau interval atau ordinal. Ketiga jenis data ini memiliki metode analisis data yang berbeda-beda. Misal untuk interval menggunakan T-Test, ordinal menggunakan kendall tau. 
INGAT: Silahkan pikirkan baik-baik pilihan anda, karena setelah ini Anda akan terjun ke lapangan dan tidak mungkin untuk mundur dan mengulang dari BAB I/II/III.

SELAMAT MENCOBA!

Minggu, 13 Februari 2011

BAB II

Membuat BAB II dasarnya adalah memasukkan teori-teori yang dapat menggambarkan atau menjelaskan variabel yang kita ambil. Kalian bebas memasukkan teori apa saja yang berkaitan dengan variabel, jumlah halamannya pun terserah kalian.

WAJIB ADA: teori yang wajib ada adalah pengertian, aspek, dan faktor-faktor yang mempengaruhi. PASTIKAN KALIAN MEMILIKI TEORI UTAMA sebagai landasan skripsi.

Saya tidak dapat memberikan patokan subbab karena setiap dosen memiliki pola dan gaya penulisan yang berbeda-beda.

SELAMATMENCOBA.

Jumat, 11 Februari 2011

Tujuan dan Saran

Membuat tujuan dan saran itu mudah banget, tinggal copi paste dari skripsi sebelumnya. Hehe...
Hanya saja disesuaiakan dengan kondisi subjek. Gunakan kalimat yang mudah dicerna (operasional) oleh pembaca.
Misal, judul:  Hubungan antara persepsi body image terhadap intensitas pergi ke salon pada remaja putri.
tujuan: tujuan dari penelitian ini adalah menguji secara empiris apakah terdapat hubungan antara persepsi body image terhadap intensitas pergi ke salon pada remaja putri.
Manfaat:
manfaat teoritis (ditujukan untuk bidang-bidang di psikologi yang relevan dengan ruang lingkup penelitian): penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi ilmiah di bidang psikologi perkembangan terutama mengenai persepsi pada body image
manfaat praktis (ditujukan untuk orang atau pihak atau lembaga yang relevan dengan subjek penelitian). Manfaat praktis juga menggambarkan urgensi penelitian pada subjek.

SELAMAT MENCOBA
SEMOGA BERMANFAAT

Kamis, 10 Februari 2011

LATAR BELAKANG PENELITIAN 3

Seperti metode kuantitatif dan eksperimen, metode kualitatif pun punya corak dan pola yang khas. Latar belakang di metode ini menggambarkan kondisi dan dinamika psikologis subjek yang akan diteliti nantinya, dengan tujuan agar pembaca mengetahui bahwa psikologis subjek memang patut untuk diteliti.

Misalkan tentang kecanduan pada FB. Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa alasan-alasan yang diungkapkan subjek adalah kesepian yang dirasakan subjek sehingga butuh adanya teman untuk berbagi rasa. Meskipun begitu, muncul konflik dalam diri subjek, disatu sisi subjek sangat ingin berbagi rasa dengan teman atau orangtua namun disisi lain muncul kekhawatiran dan kecemasan pada tanggapan orang-orang terdekat. Cara yang aman secara psikologis untuk mengungkapkan rasa adalah lewat FB, kalau pun ada yang menanggapi itu hanya teman dunia maya.
Permasalahan ini menarik karena sekarang ini pengguna jejaring sosial sudah sangat banyak dan semakin banyak remaja yang menghabiskan waktu untuk mengupdate status. Tegur sapa antar teman saat bertemu dijalanpun bisa terlewatkan.

Contoh judul: FB adalah Sahabatku (Penelitian Fenomonologis pada Remaja yang Kecanduan FB)
Pola latar belakang yang dapat digunakan sebagai berikut:
  1. Paparkan tentang jejaring sosial network, fakta-fakta tentang FB dan teman-temannya, pengguna terbanyak usia berapa. Masukkan referensi yang berkaitan seperti dari koran, buku, atau jurnal. 
  2. Jelaskan remaja, mulai dari batasan usia hingga tugas perkembangan. Gunakan teori-teori dan jurnal yang berkaitan.
  3. Jelaskan tentang permasalahan yang dialami subjek secara sosial dan personal, kemudian kaitkan dengan FB. Gunakan teori-teori dan jurnal yang berkaitan. 
  4. Perjelas lagi permasalahan tersebut dengan hasil survey yang diperkuat dengan jurnal.   
  5. Dampak negatif atau positif apa saja yang dapat dialami subjek apabila permasalahan tetap terjadi. Gunakan teori-teori dan jurnal yang berkaitan.
  6.  Simpulkan permasalahan Anda dengan membuat pertanyaan penelitian.
INGAT: sebelum melakukan penelitian kualitatif pastikan terlebih dahulu subjek yang akan Anda teliti itu ada dengan minimal 3 orang, tujuannya untuk mengantisipasi apabila subjek hengkang dari penelitian sebelum waktunya. Pastikan juga subjek Anda memiliki alamat rumah dan nomor telpon yang jelas agar mudah dihubungi. Mulailah melakukan building repport sedini mungkin, karena semakin erat hubungan peneliti-subjek semakin banyak informasi yang dapat digali.

SELAMAT MENCOBA!

Selasa, 08 Februari 2011

LATAR BELAKANG PENELITIAN 2

Latar belakang di metode eksperimen bertujuan untuk mengungkapkan apa permasalahan dari subjek, apa yang dibutuhkan subjek, mengapa perlakuan kita perlu diaplikasikan kepada subjek, apa kelebihan perlakuan kita dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Jadi polanya sebagai berikut:
  1. Jabarkan tentang subjek dan kondisi subjek. Tambahkan fakta dari buku, teori, atau jurnal.
  2. Paparkan tentang permasalahan yang dialami subjek. Tambahkan fakta dari survey di lapangan, buku, teori, atau jurnal.
  3. Sebutkan solusi yang pernah dilakukan sebelumnya, apa kelebihan dan kekurangannya, seberapa besar keefektivanya untuk mengatasi masalah. Tambahkan fakta jurnal sebagai data penunjuang.
  4. Paparkan tentang solusi yang anda tawarkan. Apa kelebihannya dibandingkan dengan solusi sebelumnya. Bagaimana cara kerjanya, apa yang akan berubah dari diri subjek jika solusi dilakukan. Tambahkan fakta dari buku, teori, atau jurnal yang memperkuat solusi anda.
INGAT: solusi harus berupa PERLAKUAN bukan PELATIHAN. Khusus eksperimen di S1 hanya bertujuan untuk validasi alat, jadi direkomendasikan untuk menggunakan perlakuan yang telah divalidasi oleh tokoh lain di tempat lain. Jadi peneliti menvalidkan lagi perlakuan tersebut dengan orang, tempat, dan budaya yang berbeda. Perlakuan yang digunakan harus dapat diamati perubahaannya secara kasat mata dan diperkuat dengan skala.

Eksperimen memang bersifat modifikasi perilaku untuk merubah perilaku atau kebiasaan, namun tidak menutup kemungkinan memodifikasi kognitif dan afektif. Inti dari eksperimen adalah PERUBAHAN. Merubah dari bisa menjadi tidak bisa. Bagi S1 perubahan tidak haruslah terjadi secara drastis, meskipun berubah sedikit itu tetap perubahan sehingga perlakuan dapat dikatakan sukses.

Misal:
  • Judul: Pengaruh afirmasi diri untuk meningkatkan optimisme pada mahasiswa yang bekerja.
  • Permasalahan:  Subjek merasa pesimis dapat menyelesaikan tugas-tugas kuliah atau skripsi tepat waktu akibat kesibukan berbisnis. Terkadang muncul pikiran untuk berhenti kuliah dan memfokuskan pada bisnis. Kondisi itu dipersulit dengan tuntutan orangtua yang meminta subjek fokus kuliah dan menyelesaikan kuliah secapat mungkin baru mengurus binis.
  • Solusi yang ditawarkan: Pemberian perlakuan afirmasi diri. Berdasarkan jurnal afirmasi diri adalah teknik yang cocok untuk meningkatkan optimisme karena subjek diminta mengulang-ulang kalimat hingga terserap kealam bawah sadar.
  • Tujuan dari perlakuan: Subjek dapat menciptakan kalimat afirmasi diri yang efektif sesuai dengan kondisi subjek.  
  • Kondisi awal (pertemuan 1): pesimisme tinggi dan masih mencontoh kalimat dari peneliti atau orang lain.
  • pertemuan 2: pesimisme tinggi dan masin mencontoh kalimat dari peneliti
  • pertemuan 3: pesimisme tinggi, sempat terlintas kalimat afirmasi diri di kepala dan dapat dituangkan lewat tulisan, namun kalimat masih terlalu panjang (muncul perubahan)
  • pertemuan 4-dst: optimisme tinggi, mampu membuat kalimat afimasi yang efektif.
Muncul perubahan itulah yang disebut eksperimen berhasil. Penentuan harus berapa kali pertemuan mengacu pada jurnal yang terkait, pengulangan perlakuan berdampak pada validitas perlakuan oleh karena itu tidak bisa sembarangan.

SELAMAT MENCOBA!

Minggu, 06 Februari 2011

SURVEY PENELITIAN

Ada yang kelewatan saya tulis tentang cara survey.
Survey penelitian untuk ketiga metode itu sama dengan menggunakan dua cara yaitu wawancara, dan angket. Pemilihan teknik survey tergantung pada keputusan peneliti, namun menurut saya lebih baik didasarkan pada ketersediaan subjek.

Apabila populasi penelitian banyak dan luas saya menyarankan menggunakan angket karena peneliti dapat memperoleh permasalahan dan  fakta dari banyak orang dalam satu waktu.  Permasalahan yang didapatpun semakin valid. Wawancara digunakan sebagai data pelengkap atau tambahan. Gunakan jurnal dari luar negri dan dalam negri sebagai penguat permasalahan.

Apabila populasi penelitian sedikit dan sulit ditemukan, saya sarankan menggunakan wawancara karena dapat menggali permasalahan secara mendalam dari satu atau dua orang. Gunakan jurnal dari luar negri dan dalam negri sebagai penguat permasalahan.

WAWANCARA
Aturan dasar saat wawancara adalah meminta ijin kepada subjek survey untuk diwawancarai dan meminta ijin merekam pembicaraan. Apabila subjek menolak diwawancarai, haram hukumnya untuk dipaksa, cari subjek survey lain. Apabila subjek menolak direkam, simpan alat perekam Anda di tas dan siapkan memori otak untuk merekam pembicaraan atau catat kata-kata kunci dari pembicaran agar mudah diingat.

Wawancara memiliki tiga bentuk:
  • terstruktur: Anda menyusun semua daftar pertanyaan yang akan ditanyakan pada subjek survey. Jumlah pertanyaan disesuaiakan dengan kebutuhan penelitian. Bentuk wawancara ini cocok untuk Anda yang mudah lupa dan grogi.
  • semi terstruktur: Anda menyusun daftar pertanyaan secara umum dan mengembangkan pertanyaan saat bertemu subjek survey
  • tidak terstruktur: Anda tidak menyiapkan daftar pertanyaan, cukup mengingat di otak dan mengembangkan pertanyaan saat wawancara. Bentuk wawancara ini  butuh kreativitas tinggi. 
ANGKET
Angket digunakan untuk mengungkap data faktual yang sudah diketahui subjek. Menggunakan pertanyaan langsung yang terarah sehingga subjek sudah mengetahui apa yang ingin diungkap peneliti. Penulisan pertanyaannya dapat menggunakan pilihan ganda atau essay, tergantung kebutuhan peneliti. Penting diingat, gunakan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dipahami subjek survey. Manfaatkan  professional jugment untuk memastikan bahwa pertanyaan Anda mudah dipahami. Professional Judgment bisa dengan siapa saja, dosen, teman, atau orang yang berkompeten di bidang yang akan Anda teliti. Misal, Anda akan meneliti di sekolah, dapat memanfaatkan guru sebagai professional judgment.

SELAMAT MENCOBA!

Jumat, 04 Februari 2011

LATAR BELAKANG PENELITIAN 1

Setelah mendapat permasalahan dan judul penelitian, sekarang saatnya membuat latar belakang penelitian. Saya sering mendengar membuat latar belakang sangat sulit, bahkan sering kali dibuat terakhir setelah isi makalah selesai. Padahal sebenarnya mudah, seperti membuat permasalahan, membuat latar belakangpun butuh pola dan memang ada polanya. Berdasarkan diskusi saya dengan dosen-dosen pembimbing, saya memperoleh pola itu. Setiap metode penelitian (kuantitatif, kualitataif, dan eksperimen) memiliki pola yang berbeda;

METODE KUANTITATIF 
Judul  penelitian: Hubungan antara persepsi diri ideal (Varibel X) dengan intensitas bercermin (Variabel Y) pada remaja putri. Atau intensitas bercermin pada remaja putri (Variabel Y) ditinjau dari persepsi diri ideal (Variabel X).
Latar belakang dimulai dari variabel Y ke variabel X. Dalam membuat latar belakang dibutukan variabel lain sebagai penghubung variabel Y ke variabel X. Kenapa variabel ini perlu?  karena dalam penelitian tidak diperbolehkan hubungan langsung. Apabila hubungan langsung, tanpa ditelitipun sudah terlihat hubungannya sehingga penelitian yang dilakukan sia-sia. Terdapat tiga variabel yang dapat menjadi penghubung:
  1. Variabel moderator : Variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini juga dapat mengudah nilai hubungan dari positif ke negatif atau sebaliknya. Variabel ini sering disebut sebagai variabel dependen kedua.
  2. variabel intervening : variabel yang mempengaruhi hubungan langsung antara variabel bebas dan tergantung sehingga terjadi huibungan yang tidak langsung. Artinya: variabel ini secara teoritis mempengaruhi (memerkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel bebas dan tergantung, tetapi tidak dapat diamati dan diukut. Variabel ini diambil dair faktor variabel tergantung dan masih dapat dihubungkan dengan variabel bebas.
Setelah menentukan akan memakai variabel moderator atau intervening, selanjutnya dapat membuat latar belakang:

  1. Paparkan tentang siapa subjek anda. Misal, subjeknya remaja perempuan yang terobsesi dengan kecantikan. Paparkan tentang kecantikan dan mengapa kecantikan itu penting buat perempuan. Jangan lupa masukkan teori dan jurnal terbaru (batasi maksimal 5 tahun terkahir). Boleh juga memasukkan tugas-tugas perkembangan remaja putri dan dihubungkan dengan kecantikan.
  2. Jabarkan tentang variabel tergantung (intensitas bercermin). Perkuat dengan jurnal tentang bercermin. Tambahkan hasil survey yang menyatakan bahwa permasalahan anda memang nyata, perkuat dengan jurnal. Masukkan tentang faktor-faktor intensitas bercermin.
  3. Jabarkan tentang variabel moderator/intervening. Tambahkan jurnal atau teori yang dapat menghubungkan variabel ini ke variabel tergantung. Kemudian variabel ini ke variabel bebas.
  4. Jelaskan tentang variabel bebas (persepsi diri ideal). Gunakan teori-teori yang dapat membantu penjabaran variabel. Tambahkan hasil survey yang menyatakan bahwa permasalahan anda memang nyata, perkuat dengan jurnal. Tambahkan juga jurnal-jurnal tentang efek variabel ini pada psikologis remaja.
  5. Simpulkan permasalahan anda dan kenapa permasalahan tersebut perlu untuk diteliti
 INGAT: gunakan kalimat-kalimat baku sesuai dengan EYD.
SELAMAT MENCOBA!

Kamis, 03 Februari 2011

PERMASALAHAN PENELITIAN 3

Perumusan permasalahan di metode kualitatif pada dasarnya sama dengan metode-metode yang lain hanya saja tujuan akhirnya berbeda. Permasalahan di metode ini bertujuan untuk mencari kondisi psikologis subjek sehingga dapat diperoleh gambaran kasar dinamika psikologis subjek. Prinsip 5w 1h masih digunakan dalam metode ini.

contoh: peristiwa:  teman saya sangat senang bercermin

  • what: apa peristiwanya? teman saya bercermin selama berjam-jam, seperti ia ingin memastikan parasnya selalu terlihat cantik
  • where: dimana peristiwanya?  teman saya bercermin dimanapun dia melihat cermin seperti di kamar, toilet umum, kamar teman.
  • when: kapan peristiwa terjadi? teman saya bercermin setiap saat, bahkan kaca kecil selalu ada di tasnya.
  • who: siapa yang terlibat dalam peristiwa itu? teman saya seorang perempuan berusia 20 tahunan berambut panjang dan sangat suka merapikan rambut, parasnya cantik, masih menjomblo.
  • why: kenapa peristiwa dapat terjadi? teman saya senang bercermin dengan alasan ingin selalu terlihat cantik dan sempurna, dengan harapan bisa dapat pacar ganteng.
  • how: bagaimana peristiwa dapat terjadi?  saat pacaran dulu, pacar teman saya selingkuh dengan perempuan yang menurut teman saya lebih cantik dari dia. Berdasarkan keterangan teman saya, dia ingin selalu terlihat cantik jadi pacarnya tidak akan melirik gadis lain.
Inti permasalahan: teman saya ingin selalu ingin terlihat cantik di depan orang lain
Judul penelitian: Makna cantik pada remaja akhir yang pernah diselingkuhi oleh pasangannya
Urgensi penelitian: bagaimana pengalaman traumatis dapat merubah kebiasaan seseorang secara drastis.

Dalam  menentukan jumlah subjek untuk survey, tidak ada batasan minimal atau maksimal, namun semakin banyak semakin bagus. Apabila dapat dibuktikan bahwa permasalahan tersebut dialami beberapa orang berarti semakin penting permasalahan itu untuk diteliti.
Mudahkan membuat permasalahan. Ingat selalu prinsip 5w 1h. 
SEMOGA BERHASIL 

      Rabu, 02 Februari 2011

      PERMASALAHAN PENELITIAN 2

      Pembuatan permasalahan eksperimen sedikit lebih sulit dibandingkan metode kuantitatif. Permasalahan harus dimulai dari asesmen tentang subjek dengan prinsip 5w 1h.

      Tujuan dari asesmen adalah mencari permasalahan ditambah dengan mencari apa yang dibutuhkan subjek agar permasalahan tersebut dapat diatas.

      Mencari permasalahan: misal peristiwa ditemukan adalah teman sangat rajin ganti status di FB atau twiter.
      • What: apa peristiwanya? hampir satu menit sekali teman ganti status di FB dan twiternya, bisa dibilang statusnya seputar curahan hatinya, dan ia tidak malu mengungkapkannya.
      • Who: siapa yang terlibat? teman saya seorang laki-laki yang pendiam, ia jarang berkomunikasi dengan teman-teman lain.Usianya kira-kira 20 tahun, dan ia tidak punya teman dekat.
      • When: kapan peristiwa itu terjadi? Teman saya sering sekali mengganti status kapanpun. Bahkan saat berjalan kaki pun ia melihat FB atau twiternya
      • Where: Di mana peristiwa itu terjadi? Teman saya tidak melihat tempat untuk mengganti status. Saya pernah melihatnya sibuk dengan HP saat presentasi di depan kelas. Padahal sudah ditegur dosen, tapi tetap saja seperti itu.
      • Why: Kenapa peristiwa itu bisa terjadi? teman saya butuh sarana untuk mengekspresikan diri seperti mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara terbuka dan bebas. Oleh karena itu, ia memanfaatkan FB dan twiter untuk mengutarakan perasaannya.
      • How: Bagaimana peristiwa itu bisa terjadi? Peristiwa dapat terjadi karena ia berasal dari keluarga yang kurang harmonis. Menurutnya, ayah dan ibunya sangat keras, ia tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau perasaan. Karena itulah ia memanfaatkan FB dan Twiter sebagai sarana untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan. 
      Secara garis besar permasalahan yang terjadi adalah teman saya tidak mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran di dunia nyata terutama di keluarga, akibatnya ia terbiasa diam. Namun perasaan untuk mengekspresikan diri tetap ada, sehingga ia memanfaatkan FB dan twiter sebagai sarana pengungkapan diri. Ia butuh belajar asertif dalam mengungkapkan perasaan dan pikiran agar kecanduan pada FB dan Twiter dapat berkurang.

      Judul penelitian: Pengaruh asertivitas untuk mengurangi kecanduan pada FB dan twiter.
      Urgensi penelitian: bebasnya koneksi internet dan canggihnya fitur jaringan sosial network membuat individu cenderung membatasi komunikasi dengan dunia luar dan menghabiskan waktu untuk komunikasi di dunia maya. Padahal komunikasi interpersonal di dunia nyata sangat penting, mengingat manusia adalah manusia sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

      PERLU DIINGAT: Semakin banyak jumlah subjek untuk survey semakin valid perumusan permasalah yang anda buat.
      SELAMAT MENCOBA.

      Selasa, 01 Februari 2011

      PERBEDAAN PELATIHAN DAN PERLAKUAN

      Pola permasalahan eksperimen berbeda dengan permasalahan kuantitatif. Ini dikarenakan dasar asumsi dari kedua metode tersebut berbeda.

      Metode Kuantitatif: mencari hubungan antara dua hal dan mencari sumbangan efektif.
      Metode Eksperimen: mencari tentang pengaruh varibel x ke variabel y.
      Metode Kualitatif: memahami kondisi psikologis subjek.

      Karena itu, ketiga metode ini memiliki pola permasalahan yang berbeda. Untuk metode kuantitatif, sudah saya jelaskan pada tulisan sebelumnya. Sekarang akan saya jelaskan tentang metode eksperimen. Satu hal yang perlu diingat: PELATIHAN BERBEDA DENGAN EKSPERIMEN. Banyak sekali orang yang salah kaprah dan mecampuradukkan konsep pelatihan dan eksperimen. Sebelum masuk ke pembahasan permasalahan, saya perlu menjelaskan terlebih dahulu perbedaan keduanya.

      PELATIHAN
      Tujuan dari pelatihan adalah merubah kemampuan/emosi/kognitif/perilaku orang dari yang kurang bisa menjadi bisa. Agar perubahan itu maksimal, dibutuhkan perubahan di tiga hal yaitu kognitif, afektif, dan konasi. Dalam pelatihan ketiga hal tersebut harus ada.

      contoh: Pelatihan berpikir positif.
      • Tujuannya: merubah pola pikir orang dari negatif ke positif (kognitif)
      • Ada materi tentang pola pikir (kognitif)
      • Selama pelatihan, diberi ice breaking (konasi, bisa afektif)
      • Orang diminta mengevaluasi diri (kognitif dan afektif)
      EKSPERIMEN
      Tujuan dari eksperimen adalah menguji adanya pengaruh satu atau beberapa perlakuan (untuk S1, disarankan 1 perlakuan) satu variabel dengan variabel lain. Hasilnya akhirnya ditemukan hubungan sebab akibat, di mana satu varibel menjadi sebab dan variabel lain sebagai akibat. Dalam eksperimen hanya perlu satu aspek saja, kognitif/afektif/konasi.

       contoh: pemberian perlakuan afirmasi diri pada berpikir positif
      • tujuannya: melihat efek afirmasi pada pola pikir subjek. Nantinya akan ditemukan hubungan sebab akibat antara afirmasi diri pada pola pikir subjek.
      • selama penelitian, subjek hanya diberikan afirmasi diri, tanpa materi dan ice breaking.

      Total Tayangan Halaman